Senin, 04 Oktober 2010

Software House Indonesia

Berdasarkan istilah kita bisa artikan Software House sebagai suatu tempat untuk membuat / memproduksi / menyalurkan sebuah perangkat lunak (Software). Sebuah Individu / kelompok / perusahaan yang bergelut dalam bisnis pembuatan perangkat lunak yabisa kita sebut sebagai software house.

Dalam bisnis software house ini biasanya klien memesan software terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Para Developer harus bisa beradaptasi dengan keinginan klien karena kita ingin membantu klien, bukan sekedar menuruti kemauannya. Pastinya tak semua hal bisa dinegosiasikan, tapi pasti keinginan dari klien untuk meng-improve dirinya sendiri.

Software house juga harus menyediakan software-software yang telah jadi (siap pakai) karena produk yang ditawarkan siap pakai tidak akan memerlukan biaya kustomisasi yang bisa membengkakkan harga produk. Dengan produk yang siap pakai, klien tidak akan memerlukan waktu tunggu untuk segera memakai produk. Time is money, so they said.

Software House juga harus punya prinsip One size to rule them all. Idealnya memang siap pakai. Tapi tidak mungkin produk Anda bisa siap pakai untuk semua keperluan. Semakin banyak fungsi yang ditawarkan produk, semakin sulit punya untuk mengakomodasi keinginan setiap calon klien. Kecuali Anda membuat produk yang punya suatu standar, Anda tak akan pernah bisa menghindar dari kustomisasi.

Produk juga harus siap pakai dan juga siap dikustomisasi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan sinkronisasi setiap kustomisasi yang terjadi di klien ke dalam produk utama. Tidak semua perubahan namun setiap hal generik yang bisa digunakan untuk meng-improve produk utama.

Tapi itu teorinya, Riilnya sendiri susah untuk diterapkan. Anda minimal harus punya tim terpisah untuk kustomisasi dan pengembangan produk. Atau harus punya cukup jeda waktu antar proyek dalam rangka sinkronisasi fitur kustomisasi dengan produk utama.

Banyak yang terjebak di posisi tengah ini. Proses kustomisasi justru menjebak kegiatan pengembangan. Sinkronisasi tidak pernah terjadi dan ujungnya kita berakhir dengan berbagai macam variasi produk tanpa punya satu pun produk generik.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More